Kristalisasi sekte-sekte yang ada di
Bali menjadi sekte Sivasiddhanta dalam bentuk Panca Yadnya. Buktikan kalau
benar dan salahkan kalau salah!
Jawabannya :
Benar.
Buktinya :
Pada abad IX di Bali pernah ada
sekte-sekte menurut pendapat Dr. Goris meliputi : Sivasiddhanta, Brahmana,
Resi, Sora, Pasupata, Ganapatya, Bhairawa, Waisnawa dan Sogatha. Diantara
sekte-sekte tersebut yang paling dominan pengaruhnya di Bali adalah sekte
Sivasiddhanta dan ajarannya termuat dalam lontar Bhuanakosa. Sekte Siva
memiliki cabang yang banyak antara lain : Pasupata, Kalamukha, Bhairawa,
Linggayat, dan Sivasiddhanta yang paling besar pengikutnya. Kata Siddhanta
berarti inti atau kesimpulan, jadi Siva siddhanta adalah kesimpulan dari ajaran
Sivaisme. Sivasiddhanta ini mengutamakan pemujaan ke hadapan Tri Purusha, yaitu
Parama Siva, Sada Siva, dan Siva. Siva Siddhanta mula-mula berkembang di India
Tengah (Madyapradesh), yang kemudian disebarkan ke India Selatan dipimpin oleh
Maharesi Agastya.
Sekte Pasupata juga merupakan sekte pemuja
Siva. Bedanya dengan Siva Siddhanta tampak jelas dalam cara pemujaannya. Cara
pemujaan sekte Pasupata dengan menggunakan Lingga sebagai simbol tempat
turunnya/berstananya Dewa Siva. Jadi penyembahan Lingga sebagai lambang Siva
merupakan ciri khas sekte Pasupata. Perkembangan sekte Pasupata di Bali adalah
dengan adanya pemujaan Lingga.
Sekte Waisnawa di Bali dengan jelas
diberikan petunjuk dalam konsepsi Agama Hindu di Bali tentang pemujaan Dewi Sri
yang dipandang sebagai pemberi rezeki, pemberi kebahagiaan dan kemakmuran. Di
kalangan petani di Bali, Dewi Sri di pandang sebagai dewanya padi yang
merupakan keperluan hidup yang utama. Buktinya berkembang sekte Waisnawa di
Bali yakni dengan berkembangnya warga Rsi Bujangga.
Sekte Bodha dan Sogatha di Bali dibuktikan
dengan adanya penemuan mantra Bhuda tipeyete mentra dalam zeal meterai tanah
liat yang tersimpan dalam stupika. Stupika seperti itu banyak diketahui di
Pejeng, Gianyar.
Sekte Brahmana menurut Dr. R. Goris
seluruhnya telah luluh dengan Siva Siddhanta. Di India sekte Brahmana disebut
Smarta, tetapi sebutan Smarta tidak dikenal di Bali. Kitab-kitab Sasana,
Adigama, Purwadigama, Kutara, Manawa yng bersumberkan Manawa Dharmasastra
merupakan produk dari sekte Brahmana.
Dalam sekte Sora dibuktikan bahwa ada
pemujaan terhadap Dewa Surya sebagai Dewa Utama yang dilakukan sekte Sora.
Sistem pemujaan Dewa Matahari yang disebut Suryasewana dilakukan pada waktu
matahari terbenam menjadi cirri penganut sekte Sora
Sekte Gonapatya adalah kelompok pemuja
Dewa Ganesa. Adanya sekte ini dahulu di Bali terbukti dengan banyaknya
ditemukan arca Ganesa baik dalam wujud besar maupun kecil. Ada berbahan batu
Padas atau dari logam yang biasanya tersimpan dibeberapa pura. Fungsi arca
Ganesa adalah sebagai Wigna, yaitu penghalang gangguan.
Sekte Bhairawa adalah sekte yang memuja
Dewi Durga sebagai Dewa Utama. Pemujaan terhadap Dewi Durga di Pura Dalem yang
ada di tiap desa pakraman di Bali merupakan pengaruh dari sekte ini. Pemujaan
terhadap Ratu Ayu (Rangda) juga merupakan pengaruh dari sekte Bhairawa ini. Dan
sekte ini menjadi satu sekte wacamara yang mendambakan kekuatan magic yang
bermanfaat untuk kekuasaan duniawi.
Ada Sembilan sekte yang pernah
berkembang pada masa Bali Kuna antara lain : sekte Pasupata, Bhairawa, Siva Siddhanta,
Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya.
Jika dihubungkan dengan upacara Panca
Yadnya di Bali banyak digunakan sarana atau alat upacara disetiap sekte seperti
pemujaan Lingga dan Yoni sebagai lambang purusha dan Pradhana(sekte Pasupata), dalam
(sekte Waisnawa) dibuktikan dengan adanya pemujaan kepada Dewi Sri yang
sekarang dikenal dengan upacara Tumpek Pengatag (tumpek uduh), penggunaan kendi
yang ada di pura untuk tempat petirtaan (sekte Bodha dan Sogatha), penggunaan
Rangda di Pura sebagai pratima Dewi Durga (sekte Bhairawa), pemujaan Dewa
Ganesa dibuktikan bahwa tiap sekolah ataupun perguruan tinggi mendirikan patung
Dewa Ganesa sebagai dewa penolak bahaya/bala (sekte Gonapatya),
Dari sekte yang ada kemudian agar tidak
terjadi perselisihan antar sekte maka semua aliran di Bali di tampung dalam
satu wadah yang disebut Siva Budha. Sebagai persenyawaan Siva dan Budha.
Semenjak itu penganut Siva Budha harus mendirikan tiga buah bangunan suci
(Pura) untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudannya yang
masing-masing bernama :
a. Pura
Desa (Bale Agung)
Untuk memuja kemuliaan Brahma sebagai
perwujudan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan).
b. Pura
Puseh
Untuk memuja kemuliaan Visnu sebagai
perwujudan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan)
c. Pura
Dalem
Untuk memuja kemuliaan Bhatari Durgha saktinya
Bhatara Siva sebagai perwujudan dari Tuhan.
Ketiga Pura tersebut disebut pura
Kahyangan Tiga yang menjadi lambang persatuan umat Siva Budha di Bali. Dalam
samuan tiga juga dilahirkan suatu organisasi “Desa Pakraman” yang lebih dikenal
sebagai Desa Adat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar