UTS SIVA
SIDDHANTA I
Oleh:
LUH ARI LIANI
10.1.1.1.1.3880
Pah / iv b
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2012
Ujian Tengah Semester (UTS)
1. Jelaskan
tokoh-tokoh penyebar Siva Siddhanta dari India sampai ke Bali!
Jawab :
Penyebar Siva Siddhanta dipimpin oleh
Maha Rsi Agastya di daerah Madyapradesh ( India Tengah) kemudian menyebar ke
Indonesia. Di Indonesia seorang Maha Rsi pengembang sekta ini yang berasal dari
pasraman Agastya Madyapradesh dikenal dengan berbagai nama antara lain :
Kumbhayoni, Hari Candana, Kalasaja, dan Trinawindu. Yang populer di Bali adalah
nama Triwindu atau Bhatara Guru.
Pemantapam
paham Siva Siddhanta di Bali dilakukan oleh dua tokoh terkemuka yaitu Mpu
Kuturan/Danghyang Nirartha. Ada beberapa tokoh orang suci yang menerima wahyu
Hyang Widhi di Bali sekitar abad ke delapan sampai ke empat belas yaitu:
a. Danghyang
Markandeya
Pada abad ke-8 beliau mendapat
wahyu di Gunung Di Hyang (Dieng, Jawa Timur), bahwa bangunan pelinggih di
Tolangkir (Besakih) harus ditanami panca datu yang terdiri dari unsur-unsur
emas, perak, tembaga, besi, dan permata mirah. Setelah menetap di Taro, Tegal Lalang-Gianyar,
beliau memantapkan ajaran Siva Siddhanta kepada para pengikutnya dalam bentuk
ritual : Surya Sewana, Bebali, (banten) dan Pecaruan. Karena semua ritual
menggunakan banten atau bebali maka ketika itu agama ini dinamakan Agama Bali.
b. Mpu
Sangkulputih
Setelah Danghyang Markandeya moksa,
Mpu Sangkulputih meneruskan dan melengkapi ritual Bebali antara lain dengan
membuat variasi dan dekorasi yang menarik untuk berbagai jenis banten dengan
menambahkan unsur-unsur tetumbuhanlainnya seperti: daun sirih, daun pisang,
daun janur, buah-buahan; pisang, kelapa dan biji-bijian: beras, injin, kacang
komak. Bentuk banten yang diciptakan antara lain canang sari, canang tubugan,
canang raka, daksina, peras, penyeneng, tehenan, segehan, lis, nasi panca
warna, prayascita, durmenggala, pungu-pungu, beakala, ulap ngambe, dll. Di
samping itu beliau juga mendidik para pengikutnya menjadi sulinggih dengan
gelar Dukuh, Prawayah, dan Kayaban. Beliau juga pelopor pembuatan
acra/pralingga dan patung-patung Dewa yang dibuat dari bahan batu, kayu, atau
logam sebagai alat konsentrasi dalam pemujaan Hyang Widhi.
c. Mpu
Kuturan
Beliau datang ke Bali pada abad
ke-11 dari Majapahit. Atas wahyu Hyang Widhi beliau mempunyai
pemikiran-pemikiran cemerlang mengajak umat Hindu di Bali mengembangkan konsep
Trimurti dalam wujud simbol palinggih Kemulan Ring Tiga di tiap perumahan, Pura
Kahyangan Tiga di tiap Desa Adat, an pembangunan Pura-Pura Kiduling Kreteg
(Brahma), Batumadeg (Wisnu), dan Gelap (Siwa), serta Padma Tiga, di Besakih.
Paham Trimurti adalah pemujaan manifestasi Hyang Widhi dalam posisi horizontal
(pangider-ider).
d. Mpu
Manik Angkeran
Beliau adalah Brahmana dari
Majapahit putra Danghyang Siddimantra. Dengan maksud agar putranya ini tidak
kembali ke Jawa dan untuk melindungi Bali dari pengaruh luar, maka tanah
genting yang menghubungkan Jawa dan Bali diputus dengan memakai kekuatan bathin
Danghyang Siddimantra. Tanah genting yang putus itu disebut Segara Rupek.
e. Mpu
Jiwaya
Beliau menyebarkan Agama Budha
Mahayana aliran Tantri terutama pada kaum bangsawan di zaman Dinasti Warmadewa
(abad ke-9). Sisa-sisa ajaran itu kini dijumpai dalam bentuk kepercayaan
kekuatan mistik yang berkaitan dengan keangkeran (tenget) dan pemasupati untuk
kesaktian senjata-senjata alat perang, topeng, barong, dll.
f. Danghyang
Dwijendra
Datang ke Bali pada abad ke-14 dari
desa Keling di Jawa, beliau adalah keturunan Brahmana Buddha tetapi beralih
menjadi Brahmana Siwa, ketika Kerajaan bali Dwipa dipimpin oleh Dalem
Waturenggong. Beliau mendapat wahyu di Purancak, Jembrana bahwa di Bali perlu
dikembangkan paham Tripurusa yakni pemujaan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya
sebagai Siwa. Sadha Siwa, dan Parama Siwa. Bentuk bangunan pemujaan adalah
Padmasari atau Padmasana.
2. Jelaskan
kenapa kristalisasi semua sekte di Bali dengan mengatasnamakan Siva Siddhanta!
Jawab :
Karena beberapa sekte-sekte yang ada di Bali, sekte Siva Siddhnta sekte yang paling dominan. Siva Siddhanta mempunyai ajaran yang khas yang berbeda dengan sekte Siwa yang lain, dimana arti dari Siva Siddhanta adalah kesimpulan dari Siwaisme, sehingga semua sekte luluh dengan Siva Siddhanta dan Siva Siddhanta sudah mencakup ajaran-ajaran dari sekte lain. Maka dari itu, untuk menyederhanakan keagamaan di Bali dan mempermudah memahami ajaran keagamaan, semua aliran atau sekte di Bali ditampung ke dalam satu wadah yaitu dengan mengatasnamakan Siva Siddhanta.
Karena beberapa sekte-sekte yang ada di Bali, sekte Siva Siddhnta sekte yang paling dominan. Siva Siddhanta mempunyai ajaran yang khas yang berbeda dengan sekte Siwa yang lain, dimana arti dari Siva Siddhanta adalah kesimpulan dari Siwaisme, sehingga semua sekte luluh dengan Siva Siddhanta dan Siva Siddhanta sudah mencakup ajaran-ajaran dari sekte lain. Maka dari itu, untuk menyederhanakan keagamaan di Bali dan mempermudah memahami ajaran keagamaan, semua aliran atau sekte di Bali ditampung ke dalam satu wadah yaitu dengan mengatasnamakan Siva Siddhanta.
3. Jelaskan
konsep kristalisasi yang dibuat oleh Mpu Kuturan!
Jawab :
Mpu Kuturan yang berasal dari Jawa Timur membangun
asrama pertapaan di Pura Silayukti di Teluk Padang (Padangbai) di Pantai
Selatan Karangasem.
a. Beliau
mengajar dan memberi nasihat sekalian masyarakat Bali tentang
Silakrama-pengetahuan falsafah dunia besar dan dunia kecil termasuk Tuhan dan
jiwatma manusia, karma phala, wali-wali, wali-wali mangjadma, terutama dalam
hal membangaun kahyangan-kahyangan dan palinggih-palinggih (bangunan suci).
Bhatara roh suci leluhur dan menyebar anak keturunan Sang Sapta mpu (tujuh
pendeta) yang kemudia berkedudukan sebagai para ksatria Bali, yang terkenal dengan
sebutan Warga Pasek, di Seluruh pelosok Bali sebagai pemimpinmpemerintahan yang
berdasarkan agama dengan dibekali ajaran Kusuma Dewa, Widhi Sastra dan Sangkara
Yuga.
b. Sejak
itu orang-orang pasek disebut Pangeran Desa (Bandesa) yang mengatur Pemerintahan
Agama di desa-desa dengan jalan membangun palinggih-palinggih, pura, kahyangan
yang dibuat dari batu atau kayu yang dipahat indah. Kepandaian memahat batu dan
kayu sehingga menjadi arca atau patung telah lama dijalankan oleh
seniman-seniman Indonesia, sebelum menerima pengaruh asing berupa agama hindu
dan budha dari tanah luaran. Kegemaran memahat batu dan kayu itu memang umum di
Indonesia baik sebelum atau sesudah peradaban asing masuk ke mari. Seni pahat
seperti berlaku dan diciptakan dipulau bali pada waktu kini dan membuat lukisan
cerita sebagai hiasan candi-candi borobudur, prambanan dan penataran sukarlah
mendapat taranya di atas dunia di sepanjang sejarah kesenian sejagat. (dipetik
dari kitab 6000 tahun sang saka merah putih oleh Mr. Muhamad Yamin, muka 72)
Misalnya :
a. Dalam
satu pekarangan rumah harus ada sanggah kemulan, taksu dan tugu (jenis bangunan
suci) untuk kesejahteraan rumah tangga.
b. Sanggah
pamerajan (juga jenis kelompok bangunan suci), untuk satu ikatan jiwa dalam
satu famili agar hidup rukun, gotong royong, tenggang-menenggang, seia-sekata
dalam menghadapi suka duka gelombang hidup dalam masyarakat, dengan mengisi
bangunan-bangunan kecil di dalamnya yang disebut pelinggig-pelinggih misalnya
Sanggah surya (luhuring akasa), Sanggah kemulan (kawitan ) dan
pelinggih-pelinggih sad kahyangan. Jika seorang diantaranya meninggal semua
bela sungkawa menganggap diri cuntaka atau sebel (kotor batiniah)
4. Jelaskan
konsep penyatuan Siva Siddhanta atau sekte-sekte dalam merajan!
Jawab :
Kahyangan Tiga dan Merajan adalah
mencerminkan berbagai macam aliran yang pernah berkembang di masyarakat Bali.
Merajan adalah sebuah kesatuan sekte yang ada. Merajan dilihat dari segi istilah kata itu berasal dari bahasa
Sansekerta, yaitu raja yang juga
disebut rajan yang secara umum
berarti raja, ialah sebutan atau
gelar kepala pemerintahan dari suatu sistem pemerintahan kerajaan dan merupakan
jabatan yang mulai atau dimuliakan. Timbul tradisi dan kebiasaan bilamana
menyebut seorang raja didahului dengan kata penghormatan seperti misalnya
dengan kata yang mulia. Kata rajan
dalam bahasa Sansekerta kemudian memperoleh awalan ma lalu menjadi merajan
yang bermakna tempat memuliakan dan memuja yang dalam hal ini untuk memuliakan
dan memuja arwah suci para leluhur terutama ibu bapak yang sudah tiada. Merajan
memiliki makna atau arti yang sama yakni tempat suci sebagai tempat pemujaan
kepada leluhur dan Ida Sanghyang Widhi Wasa.
a. Padmasana
yaitu Sanghyang
Tri Purusha, Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Siwa – Sada Siwa – Parama
Siwa. Palinggih ini merupakan kristalisasi dari sekte Siwa Siddhanta dan Sekte
Surya yang sering disebut sebagai Dewa Surya di keluarga saya. Makna dari
palinggih ini adalah sebagai penerang dalam setiap keluarga atau rumah. Ini
termasuk sekte Sora dimana pemujaan terhadap Surya sebagai Dewa Utama.
b. Kemulan Rong
Tiga yaitu Sanghyang Trimurti, Sanghyang Widhi dalam
manifestasi sebagai Brahma(dikanan), Wisnu(dikiri) dan Siwa(ditengah) atau
disingkat dengan Bhatara Hyang Guru. Palinggih ini merupakan kristalisasi dari
sekte Siwa.
c. Taksu yaitu Sanghyang
Widhi dalam manifestasi sebagai Bhatari Saraswati (sakti Brahma) penganugrah
pengetahuan. Palinggih ini merupakan kristalisasi dari sekte pemuja sakti yang
dianggap sebagai pemberi anugerah.
d. Rong
Dua/Kawitan/Leluhur adalah tempat pemujaan roh para leluhur atau disingkat
dengan Bhatara Hyang Kompyang.
5. Bagaimana
anda menyikapi terhadap fenomena menyontek dalam ujian, korupsi dan teroris
dalam Siva Siddhanta!
Jawab :
Wrhaspati
Tattwa menyebutkan bahwa ada dua unsur element utama yang menjadi sumber adanya
segala sesuatu yang disebut Rwa Bhineda tattwa yakni terdiri dari Cetana dan
Acetana. Cetana merupakan kata benda netrum yang berarti jiwa, kepribadian atau
kesadaran. Sedangkan Acetana bermakna tanpa kepribadian atau kesadaran.
Maka
bisa dikatakan orang-orang yang melakukan menyontek, korupsi dan teroris tidak
memiliki suatu kesadaran (Acetana), tidak memikirkan dampak negatif dari
perbuatannya. Kalau orang yang korupsi tidak memikirkan nasib rakyat, sedangkan
teroris telah tidak sadar membunuh rakyat yang tidak bersalah. Dan menyontek
tidak sadar akan membohongi dirinya sendiri dalam mendapatkan suatu nilai yang
tidak murni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar