Definisi tentang Śiva yang menyangkut
ajaran Śivasiddhanta yang berkembang dari agama Śiva yang sudah ada sejak zaman
Prasejarah adalah :
Kata Śiva berarti : yang memberikan
keberuntungan (kerahayuan), yang baik hati, ramah, suka memaafkan, menyenangkan,
memberi banyak harapan, yang tenang, membahagiakan dan sejenisnya. Sang Hyang Śiva
di dalam menggerakkan hukum kemahakuasaan-Nya didukung oleh sakti-Nya Durgā
atau Pārvatī.
1. Ceritra
kelahirannya. Para rsi atau tokoh-tokoh spiritual Hindu membayangkan tiga
manifestasi utama Tuhan Yang Maha Esa, yang dikaitkan dengan 3 aktivitas utama,
yaitu : penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan kembali alam semesta beserta seluruh
isinya. Brahmā sebagai pencipta, Visnu sebagai pemelihara dan Śiva untuk
melebur kembali. Ketiganya disebut Trimūrti, tiga wujud utama-Nya. Visnu yang
muncul pertama, kedua Brahmā dan yang ketiga Śiva. Esensi pandangan spiritual
Hindu mengajarkan bahwa ketiga devatā itu akan lenyap pada akhir Kalpa dan
menyatu dengan tenāga kosmis, dan Trimūrti akan muncul kembali ketika proses
penciptaan mulai pada awal Kalpa dan melaksanakan fungsinya masing-masing.
Triguna yang sangat dominan mempengaruhi Śiva adalah Tamas (kegelapan). Disini
dijelaskan secara singkat tentang pemaparan dewa Śiva adalah
a. Pada
awal Kalpa, ketika Brahmā bermeditasi untuk kelahiran seorang putra yang sama
dengan dirinya sendiri, tiba-tiba seorang anak dengan warna kulit kebiru-biruan
muncul dan duduk dipangkuannya, dan anak tersebut mulai menangis. Brahmā
bertanya kepada anak tersebut, mengapa menangis, dan anak itu meminta kepada
Brahmā supaya diberikan sebuah nama. Brahmā memberi nama Rudra dan meminta
supaya berhenti menangis, malahan ia menjerit 7 kali sesudah diberi tahu.
Kemudian Brahmā memberinya 7 nama lagi sehingga keseluruhannya berjumlah 8,
sebagai 8 wujud (astamurti), berikut dengan śakti dan putra-putranya
masing-masing, yaitu : Śarva, Īśana, Paśupati, bhīma, Ugra dan Mahādeva, yakni
7 nama dan matahari, air, tanah, angin, api, angkasa, bulan dan pandita
(Dvijati). Para dewi yang mengikuti devatā tersebut, adalah : Suvarcalā, Usā,
Vikesi, Sivā, Svāhā, Disā, Diksā, dan Rohii. Bumi penuh dengan keturunannya.
Śanaiścara, Śukra, Lohitāga, Manojava, Skanda, Sarga, Santāna dan Budha adalah
putra-putra dari 8 dewi, śakti para devata. Rudra mengawini Satī, putri
Daksprajāpati (Visnu Purāna 1.8).
b. Dari
Brahmā dengan sifat Guna Rajas lahir dari pusar Mahāvisnu, dan dari antara ke
dua kening Brahmā Śivarudra dengan sifat Guna Tamasika. Brahmā melalui Tapanya
memiliki kemampuan untuk menciptakan alam semesta dan menciptakan bumi ini
berwarna kemerahan, diwarnai oleh sifat Rajas, demikian pula pada akhir Kalpa,
alam semesta dilenyapkan kembali oleh Rudra diwarnai kegelapan (Devī Bhāgavata
Sakndha 7).
c. Dari
kemarahan muncullah Rudra, dari pahanya muncul Nārada, dari jarinya muncul
Daksa, dari pikirannya muncul Sanaka dan lain-lain dan dari jari kirinya muncul
seorang putri bernama Vīranī ( Devi Bhavata Skandha 7).
d. Empat
putra mental Brahmā adalah : Sanaka, Sanandana, Sanātana, dan Sanatkumāra
menunjukkan kesegannya untuk melahirkan keturunannya. Brahmā marah sangat marah
dengan sikap ke empat putra-putranya itu, dari antara ke dua keningnya lahir
mahluk yang berwarna putih-kebiru-biruan, dan ia menangis meminta kepada Brahmā
untuk diberi nama ‘mā ruda’ (jangan menangis) oleh Brahmā, kemudian terkenal
dengan nama Rudra selanjutnya diberikan nama 111 lagi nama tambahan oleh Brahmā,
masing-masing : Manyu, Manu, Mahinasa, Mahān, Śiva, Rtudhvaja, Ugrareta, Bhava,
Kāma, Vāmadeva dan Dhrtavrata. Nama – nama tersebut sebaliknya juga dikenal
dengan nama-nama berikut : Aja, Ekapada, Ahirbudhya, Tvasta, Rudra, Hara,
Sambhu, Trayambaka, Aparājita, Īśana dan Tribhuvana. Sebelas Rudra (Ekadaśarudra)
juga masing-masing diberikan kekuasaan oleh Brahmā, yakni : jantung, panca
indria, prāna (energi) angin, api, air, tanah, matahari, dan bulan. Rudra
memiliki 11 śakti, masing-masing : Dhī, Vrtti, Uśana, Umā, Niyutā, Sarpis, ilā,
Ambikā, Irāvatī, Sudhā, dan Diksā. Rudra dengan nama Śva disebut sebagai bagian
dari Trimūrti. Ajaran ini nyata sepanjang pengertian waktu peleburan atau
pemusnahan. Oleh karena itu, Rudrasamhaāra, (pemusnahan oleh Rudra) dapat
berarti dalam pengertian awal penciptaan.
e. Pada permulaan Yuga (era) Brahmā lahir dari
pusarnya Sang Hyang Visnu. Dua raksasa bernama Madhu dan Kaitbha berusaha untuk
membunuh Brahmā, dan dari kening Sang Hyang Śiva membawa senjata Trisula
(Vanaparva 12).
Dewa Śiva
adalah anggota ketiga dari Trimurti Hindu. Dewa Śiva
melambangkan aspek dari kenyataan yang Mutlak (Brahman dalam Upanisad) yang
secara terus menerus menciptakan kembali, dalam siklus proses penciptaan,
pemeliharaan dan peleburan dan penciptaan kembali. Ia menghilangkan kejahatan,
menganugerahkan anugerah, memberikan berkah, menghancurkan ketidakperdulian,
dan membangkitkan kebijaksanaan pada pemujanya. Karena tugas dari dewa Siva
sangat banyak. Ia tidak dapat dilambangkan dalam satu bentuk. Untuk alasan ini
patung Siva sangat beragam dalam bentuknya. Perlambangan yang dibahas disini
termasuk di dalamnya beberapa simbol utama yang umum dalam gambar dan patung
yang dipuja oleh Hindu.
Dalam
patungnya, dewa Siva digambarkan dalam bentuk manusia, tubuhnya telanjang dan
dipenuhi dengan abu. Tubuh yang telanjang melambangkan bahwa ia bebas dari
keterikatan pada benda material di dunia. Karena kebanyakan benda-benda akan
menjadi abu ketika dibakar, abu melambangkan intisari dari semua benda dan
mahluk di dunia. Abu pada tubuh dewa melambangkan bahwa ia adalah sumber dari
seluruh penciptaan yang berasal dari dalam dirinya.
Dewa
Siva memiliki tiga mata. Dua matanya pada bagian kiri dan kanan melambangkan
aktifitas fisiknya di dunia. Yang ketiga dipusat dahinya yang melambangkan
pengetahuan (jnana), dan ini disebut
dengan mata kebijaksanaan atau pengetahuan. Kekuataan pandangan mata ketiga
Siva menghancurkan kejahatan, dan ini adalah alasan mengapa orang berbuat
kejahatan sangat takut dengan mata ketigaNya.
Kekuatan
penghancur Siva dilambangkan oleh ular di sekitar lehernya. Dalam berbagai
gambar Siva digambarkan memegang Trisula di tangan belakang. Dalam gambar lain
sebuah Trisula diperlihatkan berdiri tegak disampingnya. Sebuah Trisula
memiliki tiga ujung, yang menandakan tiga sifat alam: sattva (keaktifan), rajas (kegiatan),
dan tamas (ketidak aktifan). Trisula
melambangkan bahwa dewa jauh dari jangkauan ketiga sifat alam ini. Trisula juga
melambangkan senjata yang digunakan dewa untuk menghancurkan kajahatan dan ketidakperdulian
di dunia.
Sebuah
damaru (kendang kecil) yang
menghasilkan suara yang bergetar. Seperti yang disebutkan dalam kitab Hindu
suara yang bergetar dari suku kata Om yang suci dipercaya sebagai sumber dari
penciptaan. Sebuah damaru pada salah
satu tangan mengandung makna bahwa ia menyangga seluruh ciptaannya di
tangannya, mengatur sesuai dengan keinginannya. Karena harimau meyimbolkan
kekuatan, kulit harimau yang menjadi tempat duduk dewa melambangkan bahwa ia
sumber dari kekuatan yang pasti yang ia kendalikan sesuai dengan keinginannya.
Bulan sabit yang terlihat pada kepala dewa sebagai hiasan, dan bukan menjadi
bagian dari tubuhnya. Pembahasan dan pengecilan bulan melambangkan siklus waktu
dimana penciptaan ada didalamnya dari awal sampai akhir dan kembali ke awal
lagi. Karena tuhan adalah kenyataan yang abadi, bulan sabit hanyalah hiasan dan
bukan bagian penting dirinya.
Bulan
juga melambangkan sifat hati seperti cinta, kebaikan, dan kasih. Bulan sabit
yang dekat dengan kepala dewa memiliki makna bahwa seorang pemuja harus
mengembangkan sifat-sifat ini agar dapat lebih dekat dengan dewa.
Śiva
digambarkan duduk dikuburan, yang melambangkan kemutlakannya untuk
mengendalikan kelahiran dan kematian. Seekor sapi, yang dikenal dengan nama
Nandi, yang dihubungkan dengan Siva dan dikatakannya sebagai kendaraannya. Sapi
jantan ini melambangkan kekuatan dan ketidakperdulian. Siva mengendarai sapi
menandakan bahwa Siva menghilangkan ketidakperdulian dan menganugerahkan
kekuatan kebijaksanaan pada pemujanya. Sapi dalam bahasa Sanskrtanya Vrsa. Dalam bahasa Sanskrta, Vrsa juga berarti Dharma (kebenaran). Sehingga sapi
disamping Siva melambangkan persahabatan abadi dengan kebenaran. Nandi juga
melambangkan kesadaran seorang (srsta
purusa) atau manusia yang sempurna, yang terserap secara permanen dalam
pandangan kenyataan.
Ketika
seorang pemuja mengunjungi kuil, mereka menghaturkan penghormatan pada Nandi
dahulu, sapi di depan sang dewa. Pemuja meletakkan jari tengah dan ibu jari
ditangan kanannya pada dua tanduknya, yang membentuk lingkaran penuh. Hal yang
sederhana ini memiliki arti filsafat yang sangat dalam. Jari tengah
menggambarkan ego (jiva) dan ibu jari
melambangkan kenyataan. Karena ego manusia duniawi biasanya jauh dari kenyataan
(yang dilambangkan dengan arah yang berlawanan dimana ibu jari dan jari tengah
yang menunjukkan arah yang berlawanan), seorang individu itu tidak mangalami
visi dari kenyataan (contoh visi dari dewa Siva) dimana Tuhan berada di
dalamnya. Dengan meletakkan jari dan jari tengah pada dua tanduk sapi, pemuja
membuat kontak antar ego dan kenyataan yang menyebabkan kehancuran ego. Ketika
ego dilebur, kenyataan muncul, ibu jari dan dua tanduk sapi, yang melambangkan
kebijaksanaan (viveka) dan
pengasingan diri (vairagya).
Pemujaan
terhadap Siva sangatlah terkenal diantara orang Hindu, terutama diantara Pasupata, Saivis, Kaladamana, dan
tradisi Kapalika. Sivaratri Siva adalah perayaan tahunan
Hindu. pada hari ini Siva dan pasangannya Parvati dipuja di rumah-rumah dan
kuil.
Siva juga disebut dengan nama lain seperti Sankara, Mahadeva, Rudra, Isvara, dan Nilakantha.
Terdapat banyak kuil yang ditujukan kepada dewa Siva di semua tempat di India.
Kuil berikut ini adalah tempat suci yang paling terkenal di India : Amaranath (Kashmir), Kendranath (Himalaya), Eklingaji (dekat Udaipur), Bishvesvar (Benares), Tarakeshvar (Bengali Tengah), Bhuvaneswar (Orissa), Somnath (Kathiawar), juga Conjeeveram, Jambukeshvara, Tiruvannamalai,
Kalahasii, dan Chidambaram di India Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar