Minggu, 26 Januari 2014

PENGERTIAN DEWA SIVA











Definisi tentang Śiva yang menyangkut ajaran Śivasiddhanta yang berkembang dari agama Śiva yang sudah ada sejak zaman Prasejarah adalah :
Kata Śiva berarti : yang memberikan keberuntungan (kerahayuan), yang baik hati, ramah, suka memaafkan, menyenangkan, memberi banyak harapan, yang tenang, membahagiakan dan sejenisnya. Sang Hyang Śiva di dalam menggerakkan hukum kemahakuasaan-Nya didukung oleh sakti-Nya Durgā atau Pārvatī.
1.      Ceritra kelahirannya. Para rsi atau tokoh-tokoh spiritual Hindu membayangkan tiga manifestasi utama Tuhan Yang Maha Esa, yang dikaitkan dengan 3 aktivitas utama, yaitu : penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan kembali alam semesta beserta seluruh isinya. Brahmā sebagai pencipta, Visnu sebagai pemelihara dan Śiva untuk melebur kembali. Ketiganya disebut Trimūrti, tiga wujud utama-Nya. Visnu yang muncul pertama, kedua Brahmā dan yang ketiga Śiva. Esensi pandangan spiritual Hindu mengajarkan bahwa ketiga devatā itu akan lenyap pada akhir Kalpa dan menyatu dengan tenāga kosmis, dan Trimūrti akan muncul kembali ketika proses penciptaan mulai pada awal Kalpa dan melaksanakan fungsinya masing-masing. Triguna yang sangat dominan mempengaruhi Śiva adalah Tamas (kegelapan). Disini dijelaskan secara singkat tentang pemaparan dewa Śiva adalah 
a.       Pada awal Kalpa, ketika Brahmā bermeditasi untuk kelahiran seorang putra yang sama dengan dirinya sendiri, tiba-tiba seorang anak dengan warna kulit kebiru-biruan muncul dan duduk dipangkuannya, dan anak tersebut mulai menangis. Brahmā bertanya kepada anak tersebut, mengapa menangis, dan anak itu meminta kepada Brahmā supaya diberikan sebuah nama. Brahmā memberi nama Rudra dan meminta supaya berhenti menangis, malahan ia menjerit 7 kali sesudah diberi tahu. Kemudian Brahmā memberinya 7 nama lagi sehingga keseluruhannya berjumlah 8, sebagai 8 wujud (astamurti), berikut dengan śakti dan putra-putranya masing-masing, yaitu : Śarva, Īśana, Paśupati, bhīma, Ugra dan Mahādeva, yakni 7 nama dan matahari, air, tanah, angin, api, angkasa, bulan dan pandita (Dvijati). Para dewi yang mengikuti devatā tersebut, adalah : Suvarcalā, Usā, Vikesi, Sivā, Svāhā, Disā, Diksā, dan Rohii. Bumi penuh dengan keturunannya. Śanaiścara, Śukra, Lohitāga, Manojava, Skanda, Sarga, Santāna dan Budha adalah putra-putra dari 8 dewi, śakti para devata. Rudra mengawini Satī, putri Daksprajāpati (Visnu Purāna 1.8).
b.      Dari Brahmā dengan sifat Guna Rajas lahir dari pusar Mahāvisnu, dan dari antara ke dua kening Brahmā Śivarudra dengan sifat Guna Tamasika. Brahmā melalui Tapanya memiliki kemampuan untuk menciptakan alam semesta dan menciptakan bumi ini berwarna kemerahan, diwarnai oleh sifat Rajas, demikian pula pada akhir Kalpa, alam semesta dilenyapkan kembali oleh Rudra diwarnai kegelapan (Devī Bhāgavata Sakndha 7).
c.       Dari kemarahan muncullah Rudra, dari pahanya muncul Nārada, dari jarinya muncul Daksa, dari pikirannya muncul Sanaka dan lain-lain dan dari jari kirinya muncul seorang putri bernama Vīranī ( Devi Bhavata Skandha 7).
d.      Empat putra mental Brahmā adalah : Sanaka, Sanandana, Sanātana, dan Sanatkumāra menunjukkan kesegannya untuk melahirkan keturunannya. Brahmā marah sangat marah dengan sikap ke empat putra-putranya itu, dari antara ke dua keningnya lahir mahluk yang berwarna putih-kebiru-biruan, dan ia menangis meminta kepada Brahmā untuk diberi nama ‘mā ruda’ (jangan menangis) oleh Brahmā, kemudian terkenal dengan nama Rudra selanjutnya diberikan nama 111 lagi nama tambahan oleh Brahmā, masing-masing : Manyu, Manu, Mahinasa, Mahān, Śiva, Rtudhvaja, Ugrareta, Bhava, Kāma, Vāmadeva dan Dhrtavrata. Nama – nama tersebut sebaliknya juga dikenal dengan nama-nama berikut : Aja, Ekapada, Ahirbudhya, Tvasta, Rudra, Hara, Sambhu, Trayambaka, Aparājita, Īśana dan Tribhuvana. Sebelas Rudra (Ekadaśarudra) juga masing-masing diberikan kekuasaan oleh Brahmā, yakni : jantung, panca indria, prāna (energi) angin, api, air, tanah, matahari, dan bulan. Rudra memiliki 11 śakti, masing-masing : Dhī, Vrtti, Uśana, Umā, Niyutā, Sarpis, ilā, Ambikā, Irāvatī, Sudhā, dan Diksā. Rudra dengan nama Śva disebut sebagai bagian dari Trimūrti. Ajaran ini nyata sepanjang pengertian waktu peleburan atau pemusnahan. Oleh karena itu, Rudrasamhaāra, (pemusnahan oleh Rudra) dapat berarti dalam pengertian awal penciptaan.
e.   Pada permulaan Yuga (era) Brahmā lahir dari pusarnya Sang Hyang Visnu. Dua raksasa bernama Madhu dan Kaitbha berusaha untuk membunuh Brahmā, dan dari kening Sang Hyang Śiva membawa senjata Trisula (Vanaparva 12).

Dewa Śiva adalah anggota ketiga dari Trimurti Hindu. Dewa Śiva melambangkan aspek dari kenyataan yang Mutlak (Brahman dalam Upanisad) yang secara terus menerus menciptakan kembali, dalam siklus proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan dan penciptaan kembali. Ia menghilangkan kejahatan, menganugerahkan anugerah, memberikan berkah, menghancurkan ketidakperdulian, dan membangkitkan kebijaksanaan pada pemujanya. Karena tugas dari dewa Siva sangat banyak. Ia tidak dapat dilambangkan dalam satu bentuk. Untuk alasan ini patung Siva sangat beragam dalam bentuknya. Perlambangan yang dibahas disini termasuk di dalamnya beberapa simbol utama yang umum dalam gambar dan patung yang dipuja oleh Hindu.
            Dalam patungnya, dewa Siva digambarkan dalam bentuk manusia, tubuhnya telanjang dan dipenuhi dengan abu. Tubuh yang telanjang melambangkan bahwa ia bebas dari keterikatan pada benda material di dunia. Karena kebanyakan benda-benda akan menjadi abu ketika dibakar, abu melambangkan intisari dari semua benda dan mahluk di dunia. Abu pada tubuh dewa melambangkan bahwa ia adalah sumber dari seluruh penciptaan yang berasal dari dalam dirinya.
            Dewa Siva memiliki tiga mata. Dua matanya pada bagian kiri dan kanan melambangkan aktifitas fisiknya di dunia. Yang ketiga dipusat dahinya yang melambangkan pengetahuan (jnana), dan ini disebut dengan mata kebijaksanaan atau pengetahuan. Kekuataan pandangan mata ketiga Siva menghancurkan kejahatan, dan ini adalah alasan mengapa orang berbuat kejahatan sangat takut dengan mata ketigaNya.
            Kekuatan penghancur Siva dilambangkan oleh ular di sekitar lehernya. Dalam berbagai gambar Siva digambarkan memegang Trisula di tangan belakang. Dalam gambar lain sebuah Trisula diperlihatkan berdiri tegak disampingnya. Sebuah Trisula memiliki tiga ujung, yang menandakan tiga sifat alam: sattva (keaktifan), rajas (kegiatan), dan tamas (ketidak aktifan). Trisula melambangkan bahwa dewa jauh dari jangkauan ketiga sifat alam ini. Trisula juga melambangkan senjata yang digunakan dewa untuk menghancurkan kajahatan dan ketidakperdulian di dunia.
            Sebuah damaru (kendang kecil) yang menghasilkan suara yang bergetar. Seperti yang disebutkan dalam kitab Hindu suara yang bergetar dari suku kata Om yang suci dipercaya sebagai sumber dari penciptaan. Sebuah damaru pada salah satu tangan mengandung makna bahwa ia menyangga seluruh ciptaannya di tangannya, mengatur sesuai dengan keinginannya. Karena harimau meyimbolkan kekuatan, kulit harimau yang menjadi tempat duduk dewa melambangkan bahwa ia sumber dari kekuatan yang pasti yang ia kendalikan sesuai dengan keinginannya. Bulan sabit yang terlihat pada kepala dewa sebagai hiasan, dan bukan menjadi bagian dari tubuhnya. Pembahasan dan pengecilan bulan melambangkan siklus waktu dimana penciptaan ada didalamnya dari awal sampai akhir dan kembali ke awal lagi. Karena tuhan adalah kenyataan yang abadi, bulan sabit hanyalah hiasan dan bukan bagian penting dirinya.
            Bulan juga melambangkan sifat hati seperti cinta, kebaikan, dan kasih. Bulan sabit yang dekat dengan kepala dewa memiliki makna bahwa seorang pemuja harus mengembangkan sifat-sifat ini agar dapat lebih dekat dengan dewa.
            Śiva digambarkan duduk dikuburan, yang melambangkan kemutlakannya untuk mengendalikan kelahiran dan kematian. Seekor sapi, yang dikenal dengan nama Nandi, yang dihubungkan dengan Siva dan dikatakannya sebagai kendaraannya. Sapi jantan ini melambangkan kekuatan dan ketidakperdulian. Siva mengendarai sapi menandakan bahwa Siva menghilangkan ketidakperdulian dan menganugerahkan kekuatan kebijaksanaan pada pemujanya. Sapi dalam bahasa Sanskrtanya Vrsa. Dalam bahasa Sanskrta, Vrsa  juga berarti Dharma (kebenaran). Sehingga sapi disamping Siva melambangkan persahabatan abadi dengan kebenaran. Nandi juga melambangkan kesadaran seorang (srsta purusa) atau manusia yang sempurna, yang terserap secara permanen dalam pandangan kenyataan.
            Ketika seorang pemuja mengunjungi kuil, mereka menghaturkan penghormatan pada Nandi dahulu, sapi di depan sang dewa. Pemuja meletakkan jari tengah dan ibu jari ditangan kanannya pada dua tanduknya, yang membentuk lingkaran penuh. Hal yang sederhana ini memiliki arti filsafat yang sangat dalam. Jari tengah menggambarkan ego (jiva) dan ibu jari melambangkan kenyataan. Karena ego manusia duniawi biasanya jauh dari kenyataan (yang dilambangkan dengan arah yang berlawanan dimana ibu jari dan jari tengah yang menunjukkan arah yang berlawanan), seorang individu itu tidak mangalami visi dari kenyataan (contoh visi dari dewa Siva) dimana Tuhan berada di dalamnya. Dengan meletakkan jari dan jari tengah pada dua tanduk sapi, pemuja membuat kontak antar ego dan kenyataan yang menyebabkan kehancuran ego. Ketika ego dilebur, kenyataan muncul, ibu jari dan dua tanduk sapi, yang melambangkan kebijaksanaan (viveka) dan pengasingan diri (vairagya).
            Pemujaan terhadap Siva sangatlah terkenal diantara orang Hindu, terutama diantara Pasupata, Saivis, Kaladamana, dan tradisi Kapalika. Sivaratri Siva adalah perayaan tahunan Hindu. pada hari ini Siva dan pasangannya Parvati dipuja di rumah-rumah dan kuil.
Siva juga disebut dengan nama lain seperti Sankara, Mahadeva, Rudra, Isvara, dan Nilakantha. Terdapat banyak kuil yang ditujukan kepada dewa Siva di semua tempat di India. Kuil berikut ini adalah tempat suci yang paling terkenal di India : Amaranath (Kashmir), Kendranath (Himalaya), Eklingaji (dekat Udaipur), Bishvesvar (Benares), Tarakeshvar (Bengali Tengah), Bhuvaneswar (Orissa), Somnath (Kathiawar), juga Conjeeveram, Jambukeshvara, Tiruvannamalai, Kalahasii, dan Chidambaram di India Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar